Bawang Merah, Bawang Putih

lego-wallpaper-1600x900

Beberapa tahun belakangan ini, sepertinya tensi politik di Indonesia memanas. Plus, ditambahi dengan Pilkada serentak yang dilangsungkan beberapa waktu lalu. Belum lagi mereda isu Pilkada serentak, kini Pilgub DKI ikut meramaikan gelaran politik Indonesia dan meningkatkan beberapa derajat celcius kalor ke dalam termometer negara.

Tidak ada yang aneh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tentu saja. Dinamika pergantian rezim memang menjadi hal yang lumrah untuk mengantarkan negara dan rakyatnya pada cita-cita semula terbentuknya negara. Hanya saja, situasi politik seperti sekarang sangat menyulitkan kita untuk membedakan mana yang benar, mana yang salah.

Aku banyak sekali membaca artikel-artikel yang menggiring opini publik. Tanya apa opiniku juga ikut tergiring? Tentu saja, hahaha. Aku kan bukan ahli dalam politik. Jadinya kalau aku baca satu artikel yang menyudutkan pihak ini, aku bakal percaya dan ikut membenci pihak ini. Begitu juga kalau artikel lain memojokkan pihak itu, ikutlah aku mengganti pemikiranku secara drastis.

Bukan aku nggak punya pendirian, hanya saja aku nggak terlalu saklek sama pandangan politik. Bagiku, setiap kepemimpinan pasti punya borok di dalamnya. Yang jelas aku percaya siapapun yang duduk di kursi tertinggi RI, dia pasti telah bekerja dengan keras. Mengurus 200 juta rakyat bukan perkara yang mudah, ‘kan?

Tapi lucu juga, sih, kalau opini-opini yang pernah aku baca itu benar adanya. Di setiap opini itu selalu menyebutkan orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan selalu punya maksud untuk memperkaya kantong pribadi. Aku nggak tau pasti berapa gaji presiden, tapi yang jelas aku mengerti beban berat tugas mereka dilihat dari tebalnya kantong mata. Kok ya ada orang yang mau bikin hidupnya menderita dicaci rakyat begitu demi keuntungan pribadi? Ya ada sih. Pasti ada. Kenyataannya memang ada kok hahaha.

Well, andai saja dunia ini kayak cerita dalam novel. Plotnya jelas, peran antagonis dan protagonis terlihat nyata, hidup tidak akan serumit ini. Pada kenyataannya dalam hidup, antagonis berperan jadi protagonis dan protagonis berperan jadi antagonis. Kita nggak tahu yang mana yang benar.

Ketika para pemimpin membuat kebijakan, entah dia antagonis atau protagonis, mari kita bermain menjadi oportunis. Caci saja kebijakan yang tidak merakyat dan merugikan kita, sanjung kebijakan yang menyejahterakan rakyat, tidak hanya di Jakarta, namun juga di pelosok Sabang dan Merauke.

Ini hanya ungkapan hati manusia yang bingung mencari pemimpin yang bisa dipercaya, sih. Hahaha. Random seperti biasa. Tapi yang jelas saya bingung teman-teman.

Apakah pemimpin baik itu seperti Jokowi yang menetapkan kebijakan, tapi katanya tidak pro rakyat sementara maksud dari presiden adalah untuk menyetarakan harga dengan yang di pelosok Indonesia? Atau seperti SBY yang lemah lembut? Atau seperti Soeharto yang walaupun terkait dengan beberapa kasus HAM, toh nyatanya kepemimpinannya masih dirindukan oleh rakyat saat ini?

Entahlah, hanya Tuhan yang tahu. Yang jelas Trump memimpin Amerika, hiks. Apakah dia berhasil jadi pemersatu rakyat? Atau benar-benar akan mengusir orang Islam dari daratan Amerika? Mengingat pada kenyataannya Islamophobic benar-benar berkembang di negeri itu sehingga tidak heran Trump menjanjikan keamanan pribumi Amerika dari rasa takut terhadap penduduk Islam imigran. Apakah jam kiamat dari para ilmuwan itu akan bergeser mendekati angka 12? Hidup sudah terlalu rumit sekarang. Jadi cari saja hidup yang membuatmu mengarah pada kebaikan.

Leave a comment